Flow di Era Sosmed: Menulis Mengikat Makna

Kabar Pustaka151 Views

Oleh: Fiqram Iqra Pradana

 

Resensi Buku Flow di Era Sosmed, Efek Dahsyat Mengikat Makna

Karya: Hernowo Hasim

Oleh: Fiqram Iqra Pradana

 

Buku Flow di Era Sosmed ini diterbitkan pada tahun 2016 oleh penerbit Kaifa, Bandung (Anak perusahaan PT. Mizan Pustaka). Jumlah halaman pada buku ini yaitu 226 halaman dan terdiri 5 Bab besar pembahasan. Buku ini dilengkapi dengan foto, ilustrasi dan quotes yang menginspirasi disebelah kiri setiap halaman buku. Menurut saya buku ini unik dalam hal tampilan sehingga ada rasa penasaran untuk membuka halaman selanjutnya

Hernowo Hasim disampul buku ini dikenalkan sebagai penulis produktif yaitu 24 buku dalam 4 tahun. Dalam pengantar yang diberikan oleh Haidar Bagir disebutkan bahwa Hernowo Hasim ini dikenalkan sebagai perjuang literasi (baca dan tulis) yang terus berjuang menulis buku-buku yang menyenangkan untuk dibaca. Hernowo juga dikenal sebagai coach menulis mengikat makna.

Buku ini secara umum memberikan kita pemahaman mengenai hubungan dari 4 keterampilan dasar (membaca, menulis, menyampaikan dan menyimak) dengan upaya meningkatkan skill komunikasi. Komunikasi dalam hal ini adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat, sangat perlu untuk dikonstruksi melalui latihan mengikat makna untuk memproduksi ide atau gagasan orisinal. Apalagi yang kita sampaikan itu di media sosial, maka sangat perlu kejelasan, ketertataan dan keunikan karena tulisan Anda mencerminkan isi pikiran Anda!

Menampung atau Menumbuhkan?

Saya sangat menyukai ilustrasi belajar yang dikemukakan Hernowo Hasim dalam buku Flow di Era Sosmed ini. Beliau menggunakan gelas dan tanaman sebagai dua perbandingan. Jika cara belajar seperti cangkir yang diisi oleh air maka ia hanya menampung dan tidak ada guna lain selain digunakan ketika perlu. Berbeda halnya jika cara belajar seperti tanaman yang disiram oleh air, maka ia akan bertumbuh dan berkembang menciptakan tanaman baru yang sangat bermanfaat. Menurut saya, dalam hal belajar, menulis dan mengembangkan pikiran, kita wajib menggunakan dasar ini.

Baca Juga: Mengawal Realita Sosial dengan Menulis

Maraknya aktivitas copy and paste yang dipraktekan oleh siswa bahkan mahasiswa menandakan bahwa cara belajarnya masih sistem cangkir, bayangkan jika tidak ada kesempatan untuk mengisi cangkir dalam hal ini belajar maka sudah tentu jalan terakhir pasti akan copy and paste. Apalagi perkembangan teknologi mendukung itu.

Kita Perlu Ruang Privat!

Ruang privat yang dalam hal ini dijelaskan Hernowo dalam buku ini adalah sebuah ruang yang hanya ada kita dan pikiran-pikiran kita. Ruang itu membebaskan kita untuk merenungkan apapun mengenai perasaan, pikiran, perilaku, pengalaman atau apapun yang ditulis baik itu di buku maupun di layar laptop. Ruang itu tidak memiliki larangan dan hukuman, ia membebaskan sebebas-bebasnya tanpa perlu takut dicibir.

Ruang privat menurut Hernowo, melatih kita untuk berdialog dengan diri kita sendiri, mengevaluasi diri dan terutama mengenali diri kita sendiri. Jangan sampai kita terlalu sering melihat ke luar diri, sehingga abai atau lupa terhadap apa yang ada pada dalam diri.

Kita perlu selfish untuk menciptakan kenyaman dan manfaat untuk diri sendiri dahulu. Kata Hernowo, jadikan apa yang kita baca, tulis dan simak menjadi bagian utuh untuk meningkatkan diri kita, pengetahuan kita, pikiran kita dan untuk kesehatan kita. Sama halnya dengan tubuh yang butuh makanan yang bergizi, mental perlu ruang privat untuk kenyamanan yang hakiki.

Mengikat Makna dan Media Sosial

Empat keterampilan dasar yang dijelaskan Hernowo dalam buku ini yaitu reading, writing, speaking and listening. Jika pada tahapan pendidikan yang diusung oleh Resensi Institute, listening menjadi pijakan awal, dan selanjutnya reading, writing dan speaking. Maka saya lebih berpendapat tergantung dari tujuannya. Jika kita ingin lebih concern dalam menulis maka perlu mengikuti pendapat Hernowo. Namun jika ingin lebih jauh lagi seperti menjadi pendidik maka pendapat dari resensi lebih relevan.

Mengikat makna menjadi syarat utama untuk mengaitkan antara empat keterampilan dasar dan upaya untuk memperbaiki skill komunikasi. Mengikat makna adalah upaya menuliskan kembali pemahaman kita melalui aktivitas membaca dan menyimak pada selembar kertas atau halaman kosong di laptop.

Membaca, menulis, berbicara dan menyimak adalah empat keterampilan dasar yang mampu memperbaiki keterampilan komunikasi. Bahasa yang menjadi salah satu bahan dalam komunikasi kini bisa divisualisasikan, Diaudiokan, diaudio-visualkan, bahkan yang paling sering kita jumpai bahasa yang berbentuk teks. Terutama jika berkaitan dengan media sosial. Komunikasi kita melalui media sosial perlu diperbaiki, karena apa yang kita tulisankan pada media sosial adalah penggambaran skill komunikasi kita.

Apresiasi Pribadi

Apa yang ditulis oleh Hernowo Hasim ini adalah sebuah peninggalan berharga untuk generasi bangsa agar bisa lebih orisinal dalam berkarya. Mengutamakan “proses kontruksi” sebelum melakukan “upaya produksi”.

Menulis adalah aktivitas luhur yang sangat perlu diusahakan agar dikuasai. Ia bukan hanya penting untuk diri sendiri namun sangat penting untuk membangun orang lain. Bagaimana mungkin kita ingin mengajak orang menulis, membaca ataupun berbicara dengan baik sedangkan kita jauh dari itu dan jarang mempraktikkannya.

Apapun yang kita pelajari maka ikatlah dengan menulis. Menulis adalah usaha mengikat makna.

Penulis: Fiqram Iqra Pradana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *