Oleh: Nabih Rijal Makarim
Akhir-akhir ini, sebagai suatu persoalan kemanusiaan, krisis ekologi (lingkungan) menjadi objek kajian penting yang perlu dikaji dan disikapi secara serius. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan semakin menjamurnya berbagai “praktik diskursif”—dimulai dari obrolan-obrolan politik informal hingga wacana di level akademis. Dengan demikian, urgensi atas fenomena ekologi semakin mendapat ruang perhatian oleh masyarakat banyak.
Namun, faktanya bahwa solusi terhadap permasalahan ekologi tidak cukup sekadar didiskusikan secara ilmiah, perlu ada langkah taktis yang konkret agar tema ekologi tidak berhenti di tataran konsep saja. Benar, bahwa telah banyak aksi nyata yang mengawal isu ekologi, tetapi visi yang diidealkan mengenai perbaikan lingkungan sering kali dijungkirbalikkan oleh realitas kebijakan nasional yang ada. Oleh karena demikian, alih-alih mengandalkan penguatan pada level wacana dan tindakan nyata, kita perlu menggunakan solusi alternatif yang lebih efektif: Partai Lingkungan.
Partai Politik Indonesia
Dalam konteks nasional, sesungguhnya nasib maupun hajat hidup orang banyak sedikit-banyaknya ditentukan oleh kebijakan yang dirumuskan oleh para pemangku kepentingan. Masalahnya, secara historis, karakter kebijakan yang selalu ditawarkan tidak banyak yang berorientasi pada kepentingan mayoritas rakyat. Artinya, ada aktor-aktor minoritas yang selalu mengintervensi dan mendominasi lalu lintas kebijakan negara. Dengan demikian, politik sejatinya selalu berjalan di atas “wahana diplomasi” yang bertujuan menegosiasikan kepentingan yang saling berbenturan.
Pada faktanya, rakyat sering tidak berhasil memperjuangkan aspirasinya untuk bisa di-follow up oleh para pemegang kekuasaan. Acap kali kekuatan dari para oligarki kekuasaan maupun aktor minoritas dominan, yang selalu bermain di belakang layar politik, memenangkan pertempuran aspirasi tersebut. Sudah barang tentu, tidak semua aktor politik memiliki watak yang jahat, pasti selalu ada “ratu adil” di antara mereka.
Baca Juga: Krisis Ekologis dan Krisis Spiritual: Memahami Sekilas Wajah Miris Modernitas
Dalam bahasa ilmuwan Yasraf Amir Piliang dalam Transpolitika: Dinamika Politik di dalam Era Virtualitas, “Politik selalu memperlihatkan wajahnya yang ganda; wajah arif bijaksana sekaligus licik; wajah luhur sekaligus busuk; wajah jujur sekaligus penuh tipu daya; wajah humanis sekaligus antihumanis; wajah moralis sekaligus amoralis” (Piliang, 2005: xxxi).
Apabila kita mencoba menganalisis sistematika penyaluran aspirasi masyarakat dalam sistem politik Indonesia, maka hal tersebut sangatlah jelas bahwa agar bisa lebih didengar secara efektif, perlu disampaikan pada partai politik.
Secara definitif, menurut pakar politik Miriam Budiarjo, partai politik adalah “suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama (Budiarjo, 2019: 404). Di samping itu, partai politik memiliki berbagai manfaat secara fungsional, misalnya sebagai sarana sosialisasi politik, partisipasi politik, komunikasi politik, dan lain-lain (Surbakti, 1999: 117-119). Oleh karena itu, aspirasi tentang keberlanjutan lingkungan yang disuarakan oleh masyarakat di ruang-ruang publik (public sphere) idealnya bisa dilanjutkan oleh partai politik.
Quo Vadis Partai Lingkungan?
Fakta yang perlu disoroti selanjutnya adalah bahwa kepentingan masyarakat luas mengenai isu lingkungan, sekalipun ikut dikumandangkan juga oleh partai politik, nyatanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Dengan demikian, melihat krisis lingkungan (ekologi) yang semakin parah, diperlukan suatu pendekatan baru yang solutif untuk mengawal secara efektif mengenai isu ekologi, yaitu dengan membuat suatu partai yang berbasis, berorientasi, maupun berkiblat pada isu lingkungan yang berkelanjutan. Pada akhirnya, Indonesia membutuhkan Partai Lingkungan.
Eksistensi Partai Lingkungan sangatlah krusial, mengingat sampai saat ini, partai-partai politik yang sedang menduduki kuris parlemen sekarang belum ada yang secara khusus beridentitaskan “lingkungan/ekologi”.
Oleh karena itu, setidak-tidaknya masyarakat Indonesia bisa lebih berharap mengenai kepastian terkait keberlanjutan lingkungan dengan hadirnya partai yang berkonsentrasi di seputar isu-isu ekologis. Terlebih lagi, di tengah arus revolusi industri yang cenderung eksploitatif terhadap alam semakin menegaskan pentingnya kehadiran Partai Lingkungan (Environmental Party) agar masa depan lingkungan (ekologi) negara-bangsa Indonesia bisa lebih berkelanjutan, berkeadilan, dan berkemajuan.
Penulis: Nabih Rijal Makarim