Disket Millenial Bincang Perdamaian: Membuka Ruang Dialog Pemuda Lintas Iman

Kabar Damai I Sabtu, 12 Juni 2021

Jakarta I Kabardamai.id I  Indonesia adalah rumah bersama yang penuh dengan keanekaragaman. Rumah bersama yang memayungi semua anak-anak bangsa tanpa terkecuali dari berbagai latar belakang suku, etnis,agama, budaya dan aspek primordial lainnya. Oleh karenanya, semua elemen bangsa harus memiliki komitmen bersama untuk menjaga dan melestarikan tamansari keberagaman Indonesia.

Generasi muda, khususnya Generasi Milenial dan Gen Z adalah aset bangsa ini. Mereka tergolong yang lahir antara rentang waktu 1981 hingga 2010. Pada 2045, tepat 100 tahun kemerdekaan bangsa ini, mereka inilah para penerus kepemimpinan bangsa. Merekalah yang akan mengelola bangsa ini kelak. Dan tentu, dengan itu, bangsaini akan sangat bertumpu pada keberadaan dan peran mereka di masa mendatang.

Oleh karena itu sejak dini, kita perlu memastikan pada negeri ini, perlu memberikan jaminan pada bangsa besar yang majemuk ini, bahwa generasi yang akan meneruskan perjuangan dan kepemimpinan negeri ini benar-benar memiliki visi yang jelas untuk mengelola kekayaan dan kemajemukan bangsa ini dengan sikap inklusif, toleran, patriotik dan mengayomi semua anak bangsa tanpa terkecuali.

Belajar Tata Kelola Keragaman

Melalui Acara Diskusi Etika (Disket) yang diselenggarakan Indonesian Conference on Religion And Peace (ICRP), Angelique Maria Cuaca, Ketua Pelita Padang berbagi tentang bagaimana dirinya merasakan pengalaman keberagaman yang menjadi kenangan memorial dalam hidupnya.

“Pengalaman keberagaman terbaikku adalah mengikuti Peace Train ke-12 di Salatiga, merupakan kegiatan keberagaman yang romantis ala milenial. Dimana kita berziarah damai, dari mulai dari kereta yang merpresentasika ruang public. Dimana kita yang beragam menggunakan ruang public untuk menciptakan kebersamaan,” ungkapnya, Jumat (11/6/2021).

Dengan perjalanan itu Angelique yang lebih akrab disapa Like belajar tentang bagaimana tata Kelola perdamaian, karena perbedaan adalah anugerah. Kita semua disatukan dalam keberagaman bukan hanya berbeda agama dan suku namun juga beragam orientasi seksual termasuk teman disabilitas

Naufal Waliyuddin, peneliti genrasi muda juga berbagi tentang pengalaman keberagamannya, “Saya berkenalan dengan teman YIPC di regional  Bandung dan mengikuti peace camp pada semester akhir. Mungkin berbeda dengan peace train tapi konsepnya lumayan sama. Peace camp tiga hari dua malam, disana ada skriptual listening. Jadi kami membaca kitab suci dari beragam agama kemdian membaca ayat ayat mengenai topik  tertentu misalnya topik Nabi Isa dan Yesus,” beber Naufal

Dialog lintas iman mulai terbuka, kecanggungan mulai disana sehingga tidak ada kesalah pahaman yang belum selesai diuangkapkan. Saat itu juga ada permainan jembatan perdamaian, simulasi dalam permainan tentang prasangka. Karena yang mejadi titik focus dari isu intoleransi adalah prasangka, baik itu prasangka muslim terhadap Kristen, begtu juga sebaliknya pun juga dengan agama lainnya.

Dari ruang dialog lintas iman, pemuda membincangkan tentang kesalahpahaman perihal trinitas, poligami, sehingga tidak rasa superior hanya karena menjadi mayoritas.

 

Filosfofi Kebhinekaan

Ditanya perihal filosofi kebhinekaan, Naufal mengungkapkan filosofi kebhinekaan versi dirinya, “Untuk Filosofi kebhinekaan, saya memberikan analogi simpelnya apakah ada yang tidak bhineka dalam dunia ini atau semesta ini? Termasuk entitas yang tunggal seperti atom juga ada keragamannya, jadi keragaman ini merupakan suatu keniscayaan.”

Baca Juga: Membumikan Pancasila di Kalangan Milenial

Namun yang menjadi masalah adalah kesadaran akan keberbedaan ini. Jika seseorang tidak sadar akan keberbedaan itu maka dia kan menuntut sesuatu yang seperti dirinya Kalau kita sadar maka rasa pemakluman itu akan terbentuk,

Kebhinekaan itu adalah keanekaragaman, dalam satu komunitas masyarakat yang homogen, atau kembar identik saja pasti ada perbedaan dan selera yang berbeda. Dan setiap orang unik, tentunya kesadaran ini merupakan hal yang penting.

Sebagai selah satu peserta diskusi, Ainul Yaqin Peace Leader Banyuwangi juga ikut berbagi tentang keragaman versi dirinya.

“Ketika kita belajar keberagaman hanya satu, letak tolak ukur seseorang untuk bisa memahami keberagaman masyarakat harus difaktakan, harus dilakukan jadi tidak hanya menjadi ide yang terpenjara. Di peace leader  sendiri kita banyak menggunakan potensi, misalkan dari kesenian kita menjadikan kesenian menjadi mediasi sebagi perantara kita belajar bersama lintas agama,” ujar Ainul ikut berbagi.

Peran Anak Muda dalam Perdamaian

Redy Saputro yang juga anggota Peace Leader turut berpendapat dalam diskusi. Menurutnya keragaman lintas agama bukan hanya milik orang dewasa, dan tokoh. Tapi milik anak muda sebagai pemilik masa depan. Karena lintas agama tidak bisa dilakukan dengan cara-cara yang kaku, seminar dan lain sebagainya. Harus dilakukan dengan terobosan yang baru lewat budaya.

“Waktu itu saya pernah melakukan Nyandran perdamaian bersama ICRP saat peace train di Temanggung, di Desa Krecek yang hampir 100% adalah buddha. Dan ini menjadi menarik karena dilakukan dengan pendekatan budaya, “ terang Redy.

Karena kala kita belajar mengenai lintas agama dan juga lintas mazhab maka yang terpenting adalah pengemasan dengan cara yang unik. Di dalam dokumen PBB dituliskan anak muda harus diberikan peran untuk melakukan perdamaian, diskriminasi, dan konflik. Karenanya anak muda harus membuat walking group, yang melibatkan anak muda di pemerintahan dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi.

Kita harus membuat anak muda berjejaring agar anak muda mendapatkan bimbingan perihal toleransi. Oleh karena itu sejak dini, kita perlu memastikan pada negeri ini, perlu memberikan jaminan pada bangsa besar yang majemuk ini, bahwa generasi yang akan meneruskan perjuangan dan kepemimpinan negeri ini benar-benar memiliki visi yang jelas untuk mengelola kekayaan dan

kemajemukan bangsa ini dengan sikap inklusif, toleran, patriotik dan mengayomi semua anak bangsa tanpa terkecuali.

Penulis: Ai Siti Rahayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *