Dandhy Laksono: Sampah Plastik Penyebab Utama Lautan Terkontaminasi

Kabar Sinema49 Views

Kabar Damai | Rabu, 05 Mei 2021

Bandung I Kabardamai.id I Menggabungkan jurnalisme investigasi dan budaya populer, film dokumenter Pulau Plastik hadir di bioskop. Dikemas dalam durasi sekitar 100 menit, Pulau Plastik menampilkan perjalanan tiga karakter beda profesi yang peduli dengan lingkungan dan kehidupan.

Mereka adalah vokalis band Navicula Gede Robi, ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Barat Prigi Arisandi, serta pengacara Tiza Mafira. Film Pulau Plastik hadir di bioskop pada Kamis 29 April 2021, di beberapa kota, di antaranya Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bandung.

Di Kota Bandung, Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) menggelar nonton bareng Pulau Plastik, Senin 3 Mei 2021 di Trans Studio Mal, Jalan Gatot Subroto.

Film dokumenter Pulau Plastik merupakan hasil kerja sama rumah produksi Visinema Pictures dengan Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc. Secara garis besar, film yang disutradarai Dandhy Laksono dan Rahung Nasution ini menyoroti tentang persoalan sampah plastik yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk Indonesia.

Sutradara Dandhy Laksono mengatakan, Pulau Plastik bukan hanya kolaborasi para produser, pembuat film, dan karakternya. Akan tetapi, film ini juga menyuguhkan kombinasi antara ilmu pengetahuan, aktivisme jalanan, dan seni.

Indonesia Penghasil Sampah Plastik

Menurut Dandhy, kolaborasi ini menjadi penting di saat alarm peringatan darurat sampah di Indonesia belum terdengar ke seluruh telinga masyarakat. Pasalnya, sebagai negara dengan potensi sumber kekayaan laut yang sangat melimpah, Indonesia justru menjadi negara kedua terbesar penghasil sampah plastik ke laut setelah Tiongkok.

Salah satunya sampah sedotan plastik yang jumlahnya bisa mencapai 93 juta setiap harinya. Banyaknya sampah yang dihasilkan masyarakat, menjadi penyebab utama terkontaminasinya lautan yang ada di Indonesia.

Baca Juga : Peduli Minoritas ICRP Salurkan Bantuan Pada Komunitas LGBT NTT

Di laut, sampah terpecah menjadi mikroplastik, termakan, masuk ke dalam tubuh biota laut, hingga berakhir di hidangan piring masyarakat.

“Eksploitasi mineral secara brutal dan konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari merupakan jalan pintas menuju kehancuran planet bumi. Ini terjadi jika kita tidak melakukan sesuatu, dan sekarang,” kata Dandhy.

Film Pulau Plastik menyoroti perjalanan Robi dan Prigi yang tergerak oleh masalah yang sama, yaitu polusi sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan ko dan minimnya kebijakan untuk mengatasi krisis tersebut.

Robi dan Prigi berusaha mencari dan mengumpulkan bukti tentang sejauh mana masalah sampah plastik yang sebenarnya dihadapi masyarakat. Mereka berkeliling Jawa, bertemu dengan pakar, aktivis, dan melakukan penelitian termasuk pada diri mereka sendiri.

Hal itu dilakukan atas dasar keingintahuan yang tinggi tentang dampak plastik terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di Jakarta, Robi dan Prigi bertemu Tiza Mafira.

Tiza merupakan pengacara muda yang mendedikasikan dirinya melobi pejabat publik dan sektor swasta untuk mengubah kebijakan mereka tentang plastik sekali pakai. Mereka berkumpul dalam aksi Tolak Sampah Plastik Sekali Pakai pada 21 Juli 2019 yang berlangsung dari Bundaran HI hingga Monas, Jakarta.

“Saya sudah berusaha. Terkadang kita tidak perlu melakukan hal-hal besar. Namun, kita bisa lakukan hal kecil dengan semangat dan cinta. Selama saya masih bisa bersuara, saya tidak akan berhenti berusaha,” tandas Robi.

 

Penulis: Ai Siti Rahayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *