Cerita Pancasila dari Ciseureuh

Kabar Utama908 Views

Kabar Damai I Jumat, 15 Oktober 2021

Jakarta (BPIP) I kabardamai.id I Tahun 2021 Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memiliki program pembudayaan Pancasila melalui desa berdikari yang memiliki makna Pancasila diwujudkan dalam tindakan.

Desa Berdikari adalah desa yang mandiri atau tidak bergantung pada bantuan dari pihak lain. Harapannya, melalui aktualisasi nilai-nilai Pancasila, sebuah desa dapat berdaulat secara ekonomi, sosial, dan budaya di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).

Untuk mewujudkan keberdikarian desa dalam menopang NKRI, diperlukan pemahaman, kecintaan, dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Selain itu, Pancasila juga harus menjadi acuan dan solusi dari setiap permasalahan yang melanda penduduk desa. Kita layak apresiasi dan menyambut baik program BPIP ini dan telah dikomunikasikan secara berjenjang di awal program ini dilaksanakan.

Program ini pastinya memiliki tahapan-tahapan, dari tahapan kajian, tinjauan lapangan, dan aktualisasi. Harapannya, program ini menjadi program yang juga dimiliki oleh masyarakat Brebes khususnya Desa Ciseureuh, seperti yang sampaikan Pj Sekda Prov Jateng, Prasetyo Aribowo dalam agenda BPIP (2/10) yang digawangi Direktur Pembudayaan Pancasila BPIP, Ibu. Irene Camelyn Sinaga.

Pada kesempatan itu juga hadir di tengah warga, Bambang Irianto (Ikon Pancasila dan Penerima Kalpataru) dari Malang, sehingga masyarakat mendapatkan informasi dan pengalaman langsung tanpa hoaks.

Baca Juga: Pelatihan Profil Pelajar Pancasila Guru dan Kepala SMP di Magetan

Itulah kemudian, kita mengajak semua masyarakat, agar bersama-sama handarbeni, ikut memiliki program ini. Sehingga ketika masyarakat desa sudah merasa memiliki, disanalah terdapat kemandirian sejati. Kita lakukan dari hal-hal yang sederhana, mulai dari kegiatan dalam bermasyarakat di lingkup Desa.

Mewujudkan Pancasila dalam sebuah tindakan, artinya mewujudkan nilai berketuhanan yang berkebudayaan, saling menghormati para pemeluk agama dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat. Ini bisa dilihat dari bagaimana dalam hidup berdampingan kita selalu guyub dan rukun bahkan dalam membenahi desa.

Ketika kerukunan kita jaga, maka pembangunan pun dapat berjalan dengan baik. Tatkala pembangunan dapat di lakukan menuju perubahan, maka kesejahteraanlah yang akan diraih oleh masyarakat.

Dan semua tahu, bahwa mengubah sesuatu, tidak semudah membalik telapak tangan. Namun, untuk menuju kemandirian dan berdikari mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus melakukan perubahan. Pancasila dalam tindakan itu, bisa kita wujudkan dalam satu karya bersama sesuai dengan falsafah yang sudah diturunkan oleh para sesepuh kita, yaitu gotong royong.

 

Pluralisme di Lingkungan Desa

Kita mulai, sikap pluralisme di dalam lingkungan desa. Tiap umat beragama ataupun kepercayaan, tiap suku yang ada di desa bersama sama membangun desa dengan tanpa membeda-bedakan. Semua masyarakat desa baik yang tua terlebih yang muda, dengan berbagai latar belakang profesi, diharapkan bisa memiliki kesempatan, berkontribusi membangun desa yang berdikari.

Pancasila dalam tindakan juga harus kita wujudkan dengan musyawarah mufakat dalam hal-hal yang dilakukan untuk mengambil ke-putusan. Hidup rukun akan menjadi alat pemersatu dan mempererat tali persaudaraan baik di desa maupun antar desa. Mari kita semua ikut ambil bagian dalam gerakan Pancasila dalam tindakan pada desa berdikari.

Kita selayaknya bersyukur serta berterima kasih kepada Tuhan YME, Pancasila masih tegak, melindungi Indonesia, walaupun ada berbagai usaha ingin mengganti Pancasila, seperti gerakan 30 September 1965. Ini bukti Pancasila digdaya, Pancasila sakti dan teruji.

Pada praktik berbangsa dan bernegara era sekarang, Pancasila juga sering diganggu, apalagi di tengah ujian kemajemukan dan demokrasi ini. Sikap intoleransi, radikalisme, terorisme, anti keberagaman dan arus globalisasi membawa nilai-nilai budaya barat yang apatis, hedonis dan materialistik menjadi PR kita. Belum lagi maraknya hoaks, bullying, hate speech berpotensi mengganggu persatuan dan kesatuan kita dalam berbangsa.

Kita juga harus berjuang demi Pancasila. Saatnya kita tanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini kepada anak-anak kita, sembari memberikan contoh dan keteladanan pada mereka. Mulai dari Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah hingga Perguruan Tinggi perlu terus ditanamkan dan diteladankan sikap-sikap Pancasilais.

Bagaimana ditanamkan sikap-sikap menghargai orang meski beda warna kulit, beda agama, beda status sosial. Bagaimana bisa memperkuat gotong royong dan kerukunan. Bagaimana membangun musyawarah mufakat dan lain sebagainya.

Dalam proses pengembangan Pancasila dalam gaya baru ini, supaya lebih inklusif. Mengajak keikutsertaan semua elemen bangsa termasuk mahasiswa, akademisi, budayawan, tokoh agama, seniman, wartawan, tokoh adat, dan semua komunitas agar Pancasila bisa menjadi titik temu nilai bersama.

Mainkan peran dan strategi yang berbeda. Penggunaan pendekatan yang lebih demokratis, partisipatoris, solutif dan kreatif melalui berbagai metode, seperti strategi kebudayaan dan sosial-ekonomi, akan menjadi upaya kunci untuk mengawal dan memperkuat Pancasila kita.

Belum lama, ini di Solo ada kejadian viral, yaitu perusakan beberapa makam warga kristen. Yang bikin miris, hal ini dilakukan oleh anak-anak usia SD. Mereka terindikasi menerima doktrin untuk bertindak intoleran tersebut dari para guru-gurunya. Ini bahaya. Anak-anak kecil sudah di doktrin hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai agama dan Pancasila. Tindakan intoleransi seperti ini adalah bibit terciptanya radikalisme.

 

Upaya Serius Cegah Paham Radikal

Untuk itulah kita harus benar-benar serius dalam melakukan upaya-upaya pencegahan. menangkal paham radikal di kalangan generasi penerus bangsa merupakan keharusan bagi bangsa ini.

Tidak hanya berbagai tindakan intoleransi dan radikalisme, arus globalisasi yang membawa nilai-nilai budaya barat yang apatis, hedonis, dan materialistik, menjadi hal yang mengancam keutuhan bangsa.

Anak-anak bangsa juga dengan mudahnya memberikan ujaran kebencian, terutama melalui medsos. Dengan gampangnya kata-kata kotor dan bully dilontarkan untuk mencari pembenaran. Belum lagi pabrik-pabrik kebencian, muncul di tengah-tengah kehidupan kita yang berpotensi memecah belah negara kita.

Atas dasar itulah, maka Pancasila sebagai jati diri bangsa menjadi penting untuk ditumbuh-kembangkan, karena merupakan manifestasi dari rasa cinta pada tanah air, pada gilirannya membangkitkan kesadaran kita akan arti mahal dan bernilainya rasa kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

Dari Brebes, kita tak boleh diam. Mari kita jaga, kita rawat dan kita lindungi nasib bangsa ini agar urat nadi Pancasila terus dan selalu mengakar dalam detak Indonesia Raya. (bpip.go.id/MJ/ER)

 

Oleh: Marjono

Kamis, (14/10/2021)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *