Cerita dan Tujuan Baru Perempuan Saudi

Kabar Damai | Senin, 8 Maret 2021

 

Riyadh | kabardamai.id | Dalam memperingati Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day, kita dapat melihat suara perempuan Saudi terus meningkat sejak peluncuran Saudi Vision 2030 atau Visi Saudi 2030 di Pemerintah Kerajaan Arab Saudi pada 2016.

Reformasi telah mengubah narasi seputar pemberdayaan perempuan dari inklusivitas dan kesetaraan menjadi keharusan (penting/notability) dan keistimewaan (distinction). Prestasi perempuan sebagai bagian dari Visi 2030 telah menyiapkan panggung untuk kesuksesan dan pencapaian lebih lanjut bagi para pemimpin perempuan muda di Saudi.

Tujuan perempuan Saudi tidak lagi kesetaraan atau kesempatan yang sama tetapi melampaui rekan-rekan mereka dalam ideologi, pencapaian dan inovasi di semua sektor. Dengan melakukan itu, mereka telah membuka jalan bagi generasi muda dan pemimpin perempuan masa depan yang penuh tekad.

Perempuan Saudi tak lagi mengharapkan inklusivitas dalam masyarakat dan dunia pekerjaan. Tujuan baru mereka adalah kepemimpinan dan memberi dampak pada masa depan Kerajaan, baik melalui pertumbuhan keuangan, reformasi sosial, atau membuka jalan bagi generasi baru perempuan untuk sukses. Prestasi inovatif ini mengemuka berkat reformasi sosial Saudi Vision 2030 untuk perempuan.

Sekarang, perempuan Saudi memegang berbagai posisi penting, seperti duta besar, manajer umum, direktur perusahaan swasta, juru bicara pemerintah, dan posisi penting lainnya. Suara mereka kini terdengar luas dan jelas di seluruh dunia.

Pada Februari 2021, perempuan mendapatkan pangkat di angkatan bersenjata Kerajaan Saudi dan memegang berbagai posisi kepemimpinan, termasuk sebagai sersan yang memimpin tim tentara di Angkatan Darat Arab Saudi, Pertahanan Udara Kerajaan, Angkatan Laut Kerajaan Saudi, Angkatan Rudal Strategis Kerajaan Saudi dan Angkatan Bersenjata Khusus Pelayanan medis.

Inisiatif dan reformasi Visi 2030 tidak hanya mempengaruhi karier perempuan Saudi tetapi juga kehidupan sosial mereka: memperkuat suara yang tidak selalu dapat didengar. Reformasi hukum telah diubah oleh Visi 2030 untuk memastikan hak-hak perempuan yang bercerai atau janda. Dana tunjangan telah dianggarkan untuk mendukung perempuan dan anak-anak mereka selama proses pengadilan.

Selain itu, perempuan Saudi sekarang dapat memasuki departemen peradilan secara mandiri tanpa harus ditemani oleh walinya (mahram). Dulu, perempuan harus selalu kembali ke rumah tanpa ada kesempatan untuk mengajukan keberatan tetapi sejak Visi 2030, peraturan itu hanya tinggal sejarah.

Maka, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa janji yang dibuat ketika Putra Mahkota Mohammed bin Salman dilantik pada posisinya pada 2017, telah ditepati.

Perempuan terlibat dalam angkatan kerja, mengemudi di jalan raya dan lebih mandiri, terutama dengan dilonggarkannya undang-undang perwalian tahun lalu. Undang-undang pelecehan seksual diberlakukan untuk memastikan keamanan mereka, dan mereka juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah dalam memfasilitasi cita-cita mereka, termasuk diangkat ke posisi tinggi.

Pada Juli 2020, di bawah dekrit kerajaan oleh Raja Salman, 13 perempuan ditunjuk untuk bertugas di Komisi Hak Asasi Manusia Saudi. Hal ini membuat setengah petugas dari komisinya adalah perempuan. Keputusan ini memberi perempuan suara yang lebih keras dan landasan kuat untuk membuat pengaruh di Kerajaan.

Tak hanya itu, perempuan Saudi juga kini menjadi kekuatan pendorong dalam menumbuhkan sumber daya ekonomi alternatif Kerajaan. Selama dekade terakhir telah terjadi lonjakan jumlah wirausaha, pemilik bisnis, dan CEO perempuan.

Maliha Hashmi, direktur eksekutif untuk sektor kesehatan dan kesejahteraan dari proyek megacity NEOM, adalah pemimpin kesehata di wilayah tersebut. Dia mengatakan bahwa Visi 2030 telah menciptakan peluang bagi perempuan untuk membangun peran baru dan mengubah ekspektasi lama dengan cara yang positif.

“Melalui Visi 2030 – penerimaan sosial, dan yang terpenting, dukungan berkelanjutan dari pemerintah – kita akan melihat kepemimpinan yang seimbang, baik di sektor swasta maupun publik, yang diwakili oleh laki-laki dan perempuan. Ditambah lagi, saya sangat optimis bahwa dalam waktu dekat kita akan menyaksikan lebih banyak perempuan dalam perwakilan kementerian dan internasional, ”katanya.

Hashmi yang merupakan lulusan doktor di Harvard juga menambahkan kepada Arab News bahwa di bawah kepemimpinan visioner Putra Mahkota Muhammad bin Salman, Arab Saudi telah mengambil langkah besar ke depan dalam memberdayakan perempuannya. Tak hanya tentang diperbolehkannya perempuan untuk dapat mengemudi sendiri seperti yang ramai diperbincangkan dunia, tetapi lebih dari itu. Ada lebih banyak perubahan sosial-ekonomi dan budaya yang terjadi di Saudi.

“Sekarang, perempuan di sini juga dapat dan mampu memiliki startup berteknologi tinggi. Lalu, ada juga diplomat perempuan di Gulf Cooperation Council (GCC). Saya sangat senang bahwa reformasi ini dimulai di Arab Saudi dengan menjabatnya Putri Reema binti Bandar sebagai duta besar perempuan Saudi yang pertama. Saya juga merasa terhormat mewakili NEOM sebagai salah satu eksekutif perempuan terkemuka. Saya berharap semangat dalam diri saya untuk proyek luar biasa ini menular dan menajdi dorongan bagi perempuan muda lainnya untuk bergabung, dan saya dapat menjadi panutan yang hebat bagi mereka,” harapnya.

Visi 2030 telah mengubah dinamika Kerajaan Arab Saudi dan tidak hanya membuka Kerajaan tersebut kepada dunia, tetapi juga membuka banyak kesempatan bagi banyak orang Saudi.

Berkat adanya keputusan yang mengizinkan perempuan di atas 21 tahun untuk mendapatkan paspor mereka sendiri tanpa wali laki-laki, kita dapat melihat perempuan dari Saudi sekarang berkeliling dunia dan menjelajahi budaya baru secara mandiri.

Visi 2030 yang memberi perempuan hak untuk mengemudi juga kemudian melahirkan pembalap perempuan profesional pertama Saudi, Reema Al-Juffali. Reformasi tersebut juga menciptakan kesempatan yang sama dalam dunia sains dan mendorong ilmuwan perempuan menjadi pusat perhatian. Salah satunya Nouf Al-Numair, seorang “pengurai DNA” yang meneliti deteksi dini penyakit yang muncul melalui mutasi gen. Ini hanya sekilas tentang pencapaian dunia yang telah diciptakan oleh para pemimpin perempuan di Arab Saudi sebagai hasil pemberdayaan di Kerajaan.

Berbagai progres di atas menunjukkan dengan jelas bahwa perubahan cepat yang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman juga berdampak global. Selama dua tahun berturut-turut, laporan “Women, Business, and the Law 2021” oleh Grup Bank Dunia mencantumkan Arab Saudi sebagai salah satu negara teratas untuk inklusi ekonomi dan reformasi perempuan.

Seorang perempuan yang juga diselamatkan oleh perubahan tersebut adalah Noura Al-Dossary. Yatim piatu sejak kecil dan janda dengan satu anak perempuan membuatnya berada dalam kesulitan. Ia dibantu oleh kakak perempuan dan saudara iparnya tetapi dia segera menyadari bahwa dia harus menghidupi dirinya dan putrinya secara mandiri.

“Visi 2030 membuka pintu bagi saya, yang saya pikir telah terkunci rapat,” katanya kepada Arab News. Berasal dari latar belakang konservatif dan pendidikan terbatas, ia mencoba melamar berbagai pekerjaan sebelum akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah perguruan tinggi kecil. Namun, ia tidak puas dengan gaji, suasana kerja dan kurangnya asuransi dan tunjangan yang ditawarkan. Kemudian, sebuah peluang segera muncul dengan sendirinya di bagian binatu di sebuah hotel bintang lima.

Dia bersyukur atas kesempatan itu dan sangat bersemangat untuk belajar. “Saya dihadapkan pada dunia yang berbeda. Saya bertemu orang-orang dari berbagai kebangsaan, bercampur dengan lawan jenis dan dengan cepat belajar bahasa Inggris di tempat kerja. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan.”

Tempat kerja Al-Dossary mendaftarkannya dalam kursus tidak hanya untuk memajukan kariernya, tetapi juga karakternya. “Saya merasa diakui dan dihargai,” ungkapnya, seperti yang dirasakan banyak perempuan Saudi terkait legalisasi hak-hak perempuan.

“Ada juga orang yang mengatakan kepada saya: ‘Oh, tapi Anda bekerja di binatu.’ Saya berpikir dan hanya ingin bilang, saya bangga pada diri saya sendiri. Saya mampu menghidupi keluarga saya secara finansial, memiliki asuransi dan tunjangan, dan saya bisa membeli rumah. Semua ini tidak akan mungkin terjadi tanpa Visi 2030. Saya mandiri dan akhirnya menemukan dukungan yang saya butuhkan untuk mewujudkan impian saya,’” pungkasnya.

Ada banyak perempuan seperti Al-Dossary yang berhasil dengan hak mereka sendiri. Mereka mungkin tidak muncul di berita utama tetapi mereka adalah bagian penting dari masyarakat Saudi.

 

Penulis: Noor Nugali & Lama Alhamawi

Diterjemahkan dari Arabnews.com oleh Hana Hanifah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *