Kabar Damai | Minggu, 29 Mei 2022
Jakarta I Kabardamai.id I Peristiwa pengeroyokan yang terjadi pada Ade Armando beberapa waktu lalu menjadi peristiwa keji yang sulit untuk dilupakan. Tidak hanya menyebabkan luka-luka, namun juga upaya mempermalukan didepan umum serta perampasan harta benda yang dibawa oleh Ade Armando saat kejadian.
Mengingatnya, Ade merasa prihatin. Ia merasa iba melihat para pengeroyoknya yang diungkapkan pada kanal Cokro TV, walaupun diawal dahulu yang mencuat dalam dirinya tentulah kemarahan. Ia marah karena merupakan sebuah kebiadaban dalam melakukan pengeroyokan, menurutnya pula yang dilakukan oleh para pengeroyoknya juga tidak ada berbau ajaran agama, terlebih Islam.
Ia mengingat, ia ditendang dan dihajar oleh beberapa orang. Menurutnya mengeroyok adalah tindakan yang sangat pengecut yang tidak dibenarkan oleh Islam dan agama apapun. Lebih parahnya, mereka juga menghadang orang-orang yang hendak menolong Ade saat kejadian hingga datanglah polisi yang berhasil menerobos banteng manusia yang dibuat oleh para pengeroyoknya.
Menurut Ade, para pengeroyoknya tidak hanya sekedar mengeroyok, namun juga merampok dan merampas barang-barang berharga yang ada pada dirinya.
Ia juga menambahkan tentang keheranan serta dugaannya tentang mengapa para pengeroyoknya menganggap Ade sebagai penghina Islam. Menurutnya, para pengeroyoknya hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh orang lain dan tidak berfikir secara rasional.
“Dari situ saya katakana, jika awalnya saya marah perlahan saya merasa iba,” ujarnya.
Baca Juga: J. Kristiadi: Ade Armando, Sosok Gigih Memperjuangkan Kebaikan
Rasa iba yang ada pada diri Ade karena ia merasa bahwa para pengeroyoknya sebenarnya adalah sama-sama korban. Mereka melakukan kekerasan karena telah mengalami doktinasi yang membuatnya tidak dapat berfikir jernih.
“Tentu saja secara hukum mereka harus bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan, mereka layak juga dihukum untuk menciptakan efek jera. Kejahatan adalah kejahatan. Terlepas apakah dilakukan karena pemikiran mendalam, ikut-ikutan atau sekadar mengikuti perintah,” ujarnya.
Rasa iba semakin kuat manakala anggapan dan hanya karena mendengar bahwa Ade Armando adalah musuh Islam yang berulang hingga akhirnya membuat mereka melakukan pengeroyokan yang membuat mereka kemudian mendekam dalam penjara selama bertahun-tahun.
Kedua, menurut Ade sebagai orang beragama ia percaya pada hukum Allah, pengeroyokan yang dilakukan jelas melanggar perintah Tuhan serta Tuhan yang maha adil pasti akan memberikan hukuman yang setimpal. Sangat iba karena sudah dihukum oleh negara dan masuk penjara, kemudian dihukum oleh Tuhan pula.
“Itu semua dimulai dari sebuah kebohongan bahwa saya adalah musuh Islam yang harus dihabisi,” tuturnya.
Menurut Ade pula, para pelaku pengeroyokan atas dirinya bisa jadi sama-sama sebagai korban, khususnya korban doktrin yang bertahun-tahun diterima dan pemahaman bahwa Ade adalah musuh Islam. Padahal bisa saja mereka bukanlah orang-orang yang secara benar mendalami Islam, terbukti bahwa para pengeroyoknya berasal dari berbagai latarbelakang ekonomi terbatas, pendidikan terbatas pula.
Terakhir, Ade menuturkan jika ingin negara terbebas dari segenap aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama maka yang harus dibongkar adalah ajaran yang sudah disesatkan dari orang-orang yang menjadi sumber penyesatan, terus mengedepankan dan menggunakan akal sehat agar bangsa ini akan selamat.
Penulis: Rio Pratama