Oleh: Sifania Pratiwi
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai kebudayaan, budaya merupakan sebuah warna yang dapat menggambarkan keindahan serta ciri khas suatu negara. Indonesia di kenal dengan negara yang kaya akan budaya, dari banyaknya budaya di Indonesia salah satu nya yaitu ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh merupakan sebuah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Bhuta Kala mempresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Bhuta Kala dalam ogoh-ogoh digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud raksasa. Selain wujud raksasa, ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga, dan neraka. Ogoh-ogoh di hari raya Nyepi ini sebagai simbol membersihkan diri dari energi negatif.
Baca Juga: Inklusifitas di Opening Gereja Mawar Sharon Rooftop
Pada tanggal 12 Maret 2023 kemarin, Pawai ogoh-ogoh menghiasi car free day di jalan M.H Thamrin-Bundaran HI. Pawai ini dalam rangka perayaan Nyepi yang jatuh pada 22-23 Maret 2023. Banyak jenis ogoh-ogoh yang diarak sambil diiringi musik tradisional Bali. Tak hanya itu, arak-arak tersebut juga dipadukan oleh kesenian khas Betawi, yaitu ondel-ondel.
Lalu mengapa setelah di arak, ogoh-ogoh di bakar ?
Menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali I Gusti Ngurah Sudiana, ogoh-ogoh yang dibakar itu tak sekedar di bakar saja. Namun, memiliki makna dan harapan agar dunia kembali bersih dan bebas dari segala gangguan makhluk maupun roh jahat. Walaupun begitu, bentuknya memang harus dibuat sebagai sosok raksasa karena untuk menggambarkan simbol jahat yang harus dilenyapkan dari dunia.
Namun, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui budaya tersebut, sehingga masih banyak komen negatif tentang pelaksanaan pawai ogoh-ogoh, banyak masyarakat yang menganggap bahwa pawai ogoh-ogoh tersebut akan mendatangkan bencana, karena bentuknya yang terlihat seram.
Pada kenyataanya, ogoh-ogoh dibuat dan di arak lalu di bakar yaitu untuk memusnahkan energi-enerigi yang negatif. Menghargai suatu kebudayaan merupakan kewajiban yang harus kita lakukan, kita boleh
berpendapat namun tidak boleh merendahkan kebudayaan lain. Oleh karena itu mari kita belajarmenghargai setiap budaya yang ada di indonesia, jadilah smart people yang mencari kebenaran sebelum menghakimi/menilai sesuatu.
Penulis: Sifania Pratiwi