Kabar Damai | Senin, 11 Juli 2022
Jakarta I Kabardamai.id I Fera Rahmatun Nazilah, Penulis Islami.co menjelaskan bahwa rasisme sudah ada sejak lama. Bahkan sejak zaman Rasulullah dahulu. Walaupun demikian, praktiknya terus ada hingga saat ini dan menjadi kekhawatiran bersama.
Ia menuturkan, belakangan rasisme terjadi dimana-mana, hal ini membuat prihatin dan sedih tentu tercurah bagi kita semua. Padahal, kemuliaan seseorang tidak dilihat dari warna kulitnya maupun jenis kelaminnya.
Dalam Islam, setiap manusia dihadapan Tuhannya adalah setara. Hanya iman dan ketakwaan saja yang membedakan. Sejak ribuan tahun lalu, Rasul sudah berupaya menghapuskan rasisme dari muka bumi dengan tidak membeda-bedakan umat manusia berdasarkan warna kulit. Sebagai bukti, Bilal sahabat berkulit hitam diangkat dan dinobatkan sebagai muadzin pertama Islam.
Pembelaan Rasul terhadap kulit hitam juga pernah ditujukan kepada seorang marbot masjid perempuan. Dimasa Nabi, ada perempuan berkulit hitam yang senantiasa merawat Masjid Nabawi dan biasa dipanggil dengan Ummu Mahjan yang setiap hari menyapu dan membersihkan Masjid Nabawi.
Baca Juga: Moderasi Beragama Pada Masa Rasulullah
Pada suatu hari, Ummu Mahjan jatuh sakit. Selanjutnya Rasul berpesan apabila Ummu Mahjan wafat agar tidak dikuburkan sebelum ia menyolatkannya. Pada suatu malam, saat Ummu Mahjan benar wafat, para sahabat mendatangi Rasul namun telah tidur. Akhirnya sahabat yang khawatir mengganggu tidak memberitahu Rasul, selain itu sahabat juga berpendapat bahwa Ummu Mahjan bukanlah orang yang penting dan lalu menguburkan Ummu Mahjan tanpa memberitahu Muhammad terlebih dahulu.
Suatu hari, Rasul mencari keberadaan Ummu Mahjan yang beberapa hari tak dilihatnya. Ia bertanya pada sahabat dan kemudian diberi tahu bahwa Ummu Mahjan telah wafat dan dikuburkan. Rasul keget dan menahan marah.
Selanjutnya, Rasul meminta diantar ke makan Ummu Mahjan, berdiri disampingnya dan melaksanakan solat goib disana.
Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil. Pertama, perempuan pada masa Rasulullah tidak hanya berdiam diri di rumah. Mereka juga bersosialisasi, bekerja dan melakukan hikmah untuk agamanya meskipun dengan melakukan perbuatan kecil seperti mengurus masjid.
Kedua, Rasul memuliakan orang-orang yang mengurus masjid tidak peduli apapun warna kulitnya. Padahal saat itu, orang kulit hitam dipandang sebagai kasta yang rendah.
Ketiga, orang yang disolati Rasul akan mendapatkan cahaya dalam kubur.
Penulis: Rio Pratama