Ajarkan Toleransi, Menilik 5 Kampung Muslim yang Harmonis dari Pulau Dewata

Kabar Budaya125 Views
Kabar Damai I Jumat, 01 Oktober 2021
Jakarta I kabardamai.id I Pulau Dewata Bali dalam benak  para wisatawan adalah surga dunia. Mengunjungi Bali berkali-kali memang tidak akan pernah bosan. Selain panoramanya yang indah. Bali juga identik dengan nuansa tradisional yang memukau. Budayanya yang kental sebagai miniatur Indonesia di kancah dunia memang pantas dibanggakan. Diakui dengan pariwisatanya yang eksotik.
Bali ternyata juga mempunyai beberapa kampung yang bisa dicontoh dengan ragam toleransinya. Di Bali mayoritas beragama Hindu, sedangkan minoritas beragama Islam. Kedua agama ini berdampingan tanpa membedakan, saling mencintai dan menjaga serta berjalan beriringan mencapai ridho semesta.

Berikut kampung-kampung muslim yang wajib dikunjungi untuk dicontoh tradisi toleransinya.

 

1. Kampung Lebah, Klungkung

Sumber Foto: Kompas.com

Dinamakan kampung lebah karena berasal dari kata lebah. Di kampung lebah ini berdiri rumah ibadah umat muslim yang bernama masjid Al Hikmah. Konon Raja Klungkung sendiri juga ikut berperan dalam pembangunan masjid ini.

Baca Juga: Puja Mandala, Inspirasi Toleransi dari Pulau Dewata

Warga kampung Lebah menjunjung tinggi toleransi saat berdampingan dengan masyarakat hindu. Saat acara nyepi, toleransi dijunjung dengan memberikan ruang masyarakat Hindu melaksanakan ibadah Nyepi.

Demikian pula sebaliknya, masyarakat Hindu juga bertolerasi menjaga keamanan kampung muslim setempat saat salat Idulfitri.

2. Kampung Gelgel, Klungkung

Sumber Foto: CNN Indonesia

Toleransi Tinggi, Ini 5 Kampung Islam yang Harmonis di Baliedyraguapo.blogspot.com
Sama-sama dari Klungkung. Kampung Gelgel dipercaya menjadi kampung islam yang tertua di Bali. Sejarah islam bermula ketika Raja Gelgel Ketut Dalem Plesir mengadakan perjalanan ke Majapahit.

Saat kembali ke Klungkung, raja dikawal prajurit Majapahit dan diijinkan menetap. Mereka menikahi penduduk setempat dan menyebarkan agama islam hingga sekarang. Di kampung Gel-gel juga mempunyai nilai toleransi yang juga tak jauh berbeda dengan kampung Lebah.

Saat Ramadan, ada tradisi ngaminang yang berarti makan bersama saat berbuka puasa. Semua lapisan masyarakat mengantar sagi, yaitu sebuah nampan besar yang berisi nasi, lauk pauk, kerupuk, buah dan minuman kemasan.

Tradisi ini selalu ada pada saat ramadhan. Kerukunan dan toleransi dalam ngaminang membentuk pola pikir yang selalu mengedepankan nilai kemanusiaan (rahmatan lil alamin).

3. Kampung loloan, Jemrana

Sumber Foto: IDN Times

Kampung ini identik dengan kampung Melayu. Baik dari segi bahasa maupun bangunan. Arsitektur rumah panggung berbeda dengan rumah di Bali pada umumnya. Sayang, untuk rumah panggung mungkin tidak sebanyak dulu.

Di kampung Loloan berdiri pesantren yang sudah berdiri lama. Pesantren Mambaul Ulum namanya. Konon, pesantren ini tertua di Bali dan mempunyai santri yang tidak sedikit. Kampung Loloan terdiri dari tiga wilayah yang berbeda-beda. Yaitu Loloan Selatan, Loloan Barat dan Loloan timur.

Masing-masing wilayah berbeda kepercayaan. Namun satu dengan lainnya tidak pernah menunjukkan identitas pribadi agamanya dan melemahkan agama lainnya. Mendirikan masjid di sini tidak dipersulit walaupun juga berdekatan dengan pura dari pemeluk agama hindu.

Di kampung Loloan Bali ini terdapat tradisi ngeruwah yang berarti kirim doa ampunan atau kirim pahala amal sholeh dengan sedekah dan kalimat-kalimat thoyyibah. Tradisi ini tidak pernah mendapat pertentangan oleh warga Loloan di sekitar karena mereka saling memberikan ruang ibadah masing-masing.

4. Kampung Pegayaman, Buleleng

Sumber Foto: Kompas.com

Toleransi Tinggi, Ini 5 Kampung Islam yang Harmonis di Balinyambangi-kampung-islam-pagayaman-di-kabupaten-buleleng-bali.com
Di sini, terlihat simbol-simbol adat Bali seperti Subak, banjar dan seka masih dilestarikan di warga muslim. Kehidupan sehari-hari mereka memang seperti warga Bali pada umumnya. Perbedaanya jelas hanya pada rumah ibadah.

Urusan nama juga terkesan unik, misalnya Ketut abdullah, Nyoman Achmad Syaiful. Nama-nama ini penggabungan nama Bali dan nama Islam. Dengan menggabungkan kedua unsur muslim dan hindu ini tidak membatasi ruang gerak mereka.

Justru nama ini dianggap sebagai peleburan rasa cinta akan budaya dan pengakuan identitas kemuslimannya.

5. Kampung Kecicang Islam, Karangasem

Sumber Foto: CNN Indonesia

Hubungan masyarakat Islam di kampung Kecicang Islam dengan warga Bali yang menganut agama Hindu sudah sangat baik. Keharmonisan tersebut menjadi pemicu rasa kebersamaan dalam perbedaan saat hari besar keagamaan.

Saat hari raya Idulfitri, banyak pecalang ikut mengamankan jalannya sholat. Sedangkan pada saat hari raya nyepi, umat islam ikut mengamankan agar suasana tenang. Acara berbagi makanan dikenal dengan tradisi Ngejot, yaitu berbagi makanan kepada umat islam. Sebaliknya umat Hindu merayakan nyepi, umat islam memberikan juga hadiah makanan.

Bali penuh toleransi tanpa meninggalkan budaya aslinya. Bhineka Tunggal Ika terus dijunjung selama kita menghargai perbedaan. Ya, traveling plus belajar toleransi.

Siapkan koper dan kamera terbaikmu! Cari waktu libur dan pilih salah satu tempat tadi untuk destinasi wisatamu.

Penulis: Ai Siti Rahayu

Diolah dari berbagai sumber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *