Ahmad Nurcholish: Pentingnya Moderasi Beragama di Tanah papua

Kabar Utama21 Views

Kabar Damai | Jumat, 29 April 2022

Biak | kabardamai.id |Ahmad Nurcholish, Direktur Program Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) mengungkap  pentingnya membangun moderasi beragama di tanah Papua.

“Indonesia dan Papua sangat kental dengan kemajemukannya, belum tentu satu daerah yang satu dengan lainnya di Papua saling mengetahui bahasa masing-masing, begitu pula di daerah lain. Indonesia adalah tentang keberagaman maka masyarakat adat dan agama harus berkolaborasi demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan di Papua,” ungkap Ahmad Nurcholish dalam Forum Masyarakat Adat dan Agama di Konferensi Analisis I Papua Strategis, Jumat (29/04/2022).

Pendiri negeri ini sengaja membuat kita tetap berbeda tetapi  disatukan untuk tujuan yang sama . Indonesia maju dan bermartabat dimana masyarakatnya damai dan sejahtera. Itu juga yang dilanjutkan oleh para pemimpin sekarang. Memang belum semuanya bisa menjalankan perdamaian dan kesejahteraan akan tetapi kita boleh tetap mensyukuri karena sampai hari ini kita masih bisa bersama

“Kita seperti bangunan, terdiri dari beragam material, ada pasir semen dan lainnya maka bisa berdiri kokoh, begitu pula dengan Indonesia, kita beragam oleh sebab itu bisa kokoh karena bersama-sama,” ujar Ahmad Nurcholish.

Menurut Ahmad, potensi adanya konflik dan perang masih mengintai kita warga Indonesia oleh sebab itu masih ada kejadian konflik antar agama maupun suku.  Menjaga perdamaian juga menjadi tugas yang harus dilakukan para tokoh muda, salah satunya untuk terus menciptakan ruang perjumpaan.

“Perjumpaan pemuda lintas iman ini juga kami lakukan melalui Peace Train Indonesia. Kegiatan ini adalah perjumpaan pemuda dari bergaam latar belakang untuk berjumpa dan saling mengenal satu sama lian dengan saran traveling lintas iman,” terang Ahmad.

Pentingnya Moderasi Beragama

Mengapa moderasi bergama penting dibangun di Tanah Papua karena moderasi beragama tidak hanya dilakukan dengan dialog saja tetapi juga dengan kerja perdamaian.

Ahmad kemudian berbagi mengenai kerja perdamaian yang sudah dengan kerja sama lintas iman “Salah satu kerja perdamaian yang sudah dilakukan oleh ICRP, selama pandemi adalah kita bekerjasama untuk menyalurkan bantuan dana dan bergandeng tangan dengan lembaga-lembaga agama di Indonesia bergabung dalam JIC (Jaringan Lintas Agama Tanggap Covid-19) untuk bersama mengakomodir bantuan dan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.”

Kolaborasi Masyarakat Adat dan Tokoh Agama

Ketidaksejahteraan masyarakat harus ditangani bersama-sama. Ahmad berharap melalui Analisis Papua Strategis  masyarakat adat dan tokoh agama mampu melakukan kolaborasi menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat di Papua. Penting kehadiran Lembaga seperti ICRP di Papua yang mesti kita dorong untuk melakukan kerja bersama.

Baca Juga: Pesan Alissa Wahid untuk Moderasi Agama dan Perdamaian Papua

“Selain itu, persoalan ekonomi menimpa umat mana saja oleh karena itu bisa dipecahkan bersama, dalam kolaborasi itu bisa kita bisa saling belajar. Misalnya GKI punya koperasi maka bisa jadi bahan pembelajaran untuk dicontoh komunitas lain,” beber Ahmad.

Kerjasama Analisis Papua Strategis dan ICRP  jangan sampai berhenti di konferensi saja tetapi kita sudah menyiapkan program-program untuk memastikan forum ini ada kerja nyatanya.  komunikasi agar pembangunan itu sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat. Pada akhirnya Analisis Papua Strategis bisa memastikan pembangunan tersebut sesuai sasaran.

Tujuan ICRP didirikan oleh Gus Dur adalah untuk  menjadi rumah bersama semua agama dan budaya yang ada di Indonesia.  ICRP hadir untuk menjadi ruang perjumpaan umat dari berbagai agama untuk saling mengenal satu sama lain dan juga menjaga perdamaian.

Hal ini jugalah yang melatarbelakangi mengapa ICRP hadir dan menjadi mitra Analisis Papua Strategis. Selain itu,  perkenalanan personal Laus Deo Calvin Rumayaom, Ketua Analisis Papua Strategis yang berharap bisa mendeklarasikan ICRP di Jayapura.

Sebelumnya pasca dihelatnya Konferensi I Analisis Papua Strategis, ICRP  telah  menyertai  Laus Deo Calvin Rumayom,  untuk bertemu Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Prof Ignatius Kardinal Suharyo, Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indnesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom, Sekertaris Umum ICRP, Romo Johannes Hariyanto dan juga Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) dan Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid  untuk memastikan forum ini berjalan dan bermanfaat untuk semua masyarakat terutama di Papua.

 

Penulis: Isa Oktaviani dan Ai Siti Rahayu

Foto: Ai Siti Rahayu

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *